Iklan

 


Warisan Leluhur Dihidupkan Kembali : Tambak Raja Manurung di Diresmikan, Jadi Magnet Wisata Budaya Toba

Minggu, 08 Juni 2025, Juni 08, 2025 WIB Last Updated 2025-06-08T11:06:46Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

 



Benhillpos.com | Parsaoran Sibisa, Ajibata – Ribuan orang dari berbagai daerah, termasuk perantauan, memadati Desa Parsaoran Sibisa untuk menghadiri pesta peresmian pemugaran Tambak Makam Raja Manurung Si Manoroni. 


Acara ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan panjang yang digagas oleh keluarga besar marga Manurung sedunia. Selain menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, pemugaran ini diharapkan dapat mendorong lahirnya kawasan wisata budaya baru di Kabupaten Toba Provinsi Sumatera Utara. Sabtu (7/6/2025)


Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari, diawali dengan ibadah syukur, dilanjutkan dengan peresmian makam, ziarah ke makam leluhur lain, prosesi adat tor-tor, pemberian ulos, penyembelihan hewan, dan diakhiri hiburan rakyat hingga malam hari. Hampir 3.000 orang memadati lokasi tambak yang kini telah berdiri megah dengan struktur granit yang kokoh, menggantikan bangunan lama yang dulunya sering tergenang air dan kurang terawat.


Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, baik dari kalangan pemerintah, militer, tokoh 

adat, hingga pimpinan organisasi marga. 


Hadir di antaranya Mayjen TNI Timur Manurung, Ketua Umum Patambor Indonesia Drs Rusman Manurung M.Pd, Sekjen Patambor Indonesia Ir Rikardo Manurung, Raja Hutagurgur, dan Raja Sihutagaol Manurung,


Pemerintah Kabupaten Toba turut hadir melalui perwakilan resmi Bupati Toba dan Camat Ajibata. Hadir pula Thomson Manurung mewakili DPRD Kabupaten Toba. 


Tak kalah penting, peresmian tambak ini juga dihadiri para raja-raja Batak dari garis keturunan Silahisabungan, yakni Raja Silahisabungan, Raja Tambun, Raja Turi, dan Raja Hutajulu, yang menambah kekhidmatan sekaligus legitimasi adat atas kegiatan ini.


Pemugaran tambak ini lahir dari kegelisahan para keturunan Raja Si Manoroni, khususnya yang tergabung dalam komunitas perantauan. 


Melalui diskusi intensif sejak awal 2024, para penggagas menyampaikan keprihatinan atas kondisi makam yang tak layak, bahkan sempat dijadikan tempat menjemur pakaian oleh warga sekitar. 


Rapat-rapat digelar di berbagai kota seperti Jabodetabek, Medan, hingga Sibisa. Setelah survei lapangan dan pembentukan tim, peletakan batu pertama dilakukan secara simbolis pada 22 Februari 2025.


Pengerjaan fisik dilakukan selama hampir tiga bulan, dengan jeda saat libur Idul Fitri. 


Anggaran awal sebesar Rp490 juta akhirnya membengkak menjadi Rp595 juta karena penyesuaian kebutuhan dan meningkatnya jumlah peserta. Meski demikian, seluruh dana berhasil dikumpulkan melalui gotong royong, dan bahkan mencatatkan surplus.


Sepman Manurung, selaku Ketua Panitia, mengungkapkan bahwa keberhasilan acara ini tak lepas dari semangat kolektif seluruh keluarga besar Manurung. Ia menyebut kegiatan ini sebagai momentum kebangkitan nilai-nilai luhur dalam masyarakat Batak.


“Kami tidak hanya membangun tambak secara fisik, tapi juga membangun kembali semangat persatuan, rasa hormat kepada leluhur, dan tanggung jawab terhadap warisan budaya. Ini bukan proyek sesaat, melainkan gerakan moral agar generasi muda Manurung tahu siapa dirinya dan dari mana asalnya,” ujar Sepman.


Lebih lanjut, ia berharap bahwa tambak ini tak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap Raja Si Manoroni, tapi juga menjadi pintu masuk bagi pengembangan wisata budaya yang berbasis sejarah dan adat.


“Kami membuka ruang selebar-lebarnya untuk pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat luas agar tambak ini dijadikan sebagai situs budaya yang bisa dirawat bersama. Ini milik kita semua, bukan hanya marga Manurung,” tambahnya.


Acara puncak berlangsung meriah dan tertib. Prosesi adat berjalan sesuai rencana, meski sempat ada sedikit keterlambatan pada sesi malam hiburan. Namun secara keseluruhan, para tokoh adat dan perwakilan lembaga menyatakan kekagumannya atas pelaksanaan yang rapi. Bahkan, salah satu perwakilan dari BINUS menyebut penyelenggaraan ini lebih baik dibanding kegiatan Patambor sebelumnya.


Uli Tiar Manurung Selaku Sekretaris Panitia Tambak Manurung menyampaikan bahwa Lebih dari sekadar pembangunan fisik, pemugaran ini menjadi simbol persatuan. 


Panitia berharap tambak yang telah direnovasi ini dapat dijadikan sebagai situs wisata budaya atau bahkan kawasan cagar budaya oleh pemerintah daerah. Mereka meminta agar Pemkab Toba, Kecamatan Ajibata, dan Desa Parsaoran Sibisa dapat mulai menata fasilitas pendukung seperti MCK, akses jalan, dan tata ruang bagi kegiatan ekonomi masyarakat.


“Pemeliharaan tambak ini bukan hanya tanggung jawab panitia atau marga Manurung. Ini adalah warisan budaya bersama yang harus dijaga oleh semua pihak, termasuk masyarakat lokal dan pemerintah,” ujar Uli Tiar Manurung


Susunan Panitia Kegiatan Peresmian Tambak Raja Manurung:

• Ketua Panitia: Sepman Manurung

• Wakil Ketua: Jansen Manurung

• Sekretaris: Uli Tiar Manurung

• Bendahara: Ny. Tambunan (Vonie Br Manurung)

• Seksi Pendukung:

Syamsudin Manurung, Manto Manurung, Dr. Midian Manurung, M.Si, Ruji Manurung, 

Bahari Manurung, Timbul Manurung


Di tengah arus modernisasi, keberhasilan pemugaran Tambak Makam Raja Si Manoroni menjadi pengingat kuat bahwa warisan leluhur tetap relevan dan bisa menjadi potensi masa depan khususnya dalam mendorong pariwisata budaya dan ekonomi lokal di kawasan Danau Toba. ( DNM )

Komentar

Tampilkan

Terkini