Penyakit Diri Yang Melekat Pada Manusia
Batam, tintahukum.com | ironi dan menyedihkan melihat orang-orang yang bergembira melihat musibah yang menimpa orang lain. Bahkan ia tidak jarang mengolok-olok peristiwa yang terjadi. Itulah penyakit hati yang melekat dalam diri seseorang. Sikap ini disebut syamatah.
Matinya nalar empati publik kali ini sudah mengalami proses yang sungguh mengkhawatirkan. Coba bayangkan jika musibah yang sama menimpa diri, keluarga, dan orang terdekat kita?
Apalagi sampai melempar stigma bahwa seseorang yang mengalami musibah tersebut karena kena karma bahkan diazab Allah, dan seterusnya.
Maka daripada mengolok-olok, akan lebih baik diam dan berdoa supaya kita tak mendapat musibah yang sama.
Imam Al-Ghazali rahimahullah mendefinisikan syamatah sebagai tindakan senang atau kegirangannya karena keburukan yang terjadi kepada seseorang yang tidak seharusnya menimpanya. Pelakunya disebut syamit.
Dalam sebuah hadist Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan kepada umatnya:
Artinya: “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.” (HR. Tirmidzi).
Semoga kita terhindar dari penyakit hati semacam ini. Mari luruhkan kebencian sedikit saja untuk empati dan simpati. Kalau memang kita tak satu kelompok, setidaknya sebagai sesama manusia. Toh kita juga tak sempurna.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea).
_______
MUHASABAH DIRI: Bunda PAUD Kota Batam Hj Marlin Agustina, sedang doa bersama saat berkunjung ke sebuah TK, belum lama ini. Marlin selalu menanamkan sikap empati sejak dini. Selain merawat kewarasan, sikap tersebut untuk merawat kemanusiaan.