Iklan

Batam Menuju Kota Beradab: Prof. Chalullulah Wibisono Dorong Literasi Spiritual dalam Pembangunan

Jumat, 25 Juli 2025, Juli 25, 2025 WIB Last Updated 2025-07-25T13:33:06Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

 


tintahukum.com – Batam, 2025 — Di tengah geliat pembangunan Batam sebagai kota metropolitan yang tumbuh pesat di wilayah perbatasan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Chalullulah Wibisono, MM—akademisi ternama sekaligus Wakil Ketua Umum MUI Kepulauan Riau dan Ketua FKUB Kota Batam—menyerukan perlunya pendekatan spiritual dalam proses pembangunan kota.


Dalam forum akademik dan dialog kebangsaan di Universitas Batam, Prof. Chalullulah mengingatkan bahwa kemajuan sejati sebuah kota tidak hanya diukur dari aspek ekonomi dan fisik, tetapi lebih dari itu, ditentukan oleh kualitas nilai dan moral masyarakatnya.


> “Kita sedang membangun Batam, tapi jangan lupa membangun jiwanya. Tanpa fondasi spiritual, kota ini bisa besar secara fisik tapi rapuh secara moral,” ungkapnya dalam pidato kebangsaan.


Ia menekankan pentingnya penguatan literasi spiritual sebagai pondasi untuk mencetak manusia unggul—yakni manusia yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan nurani dan keberanian moral.


Prof. Chalullulah memperkenalkan kembali konsep ulil albab, yaitu manusia pembelajar yang mampu mengintegrasikan akal sehat, kejernihan hati, dan kesadaran ilahiah dalam setiap aspek kehidupannya.


> “Korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan kemerosotan akhlak bukanlah sekadar masalah hukum. Ini adalah kegagalan sistem dalam membentuk manusia utuh. Tanpa iman, ilmu bisa menjadi alat perusak,” jelasnya.


Ia juga menyoroti data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2023, yang menunjukkan bahwa mayoritas pelaku korupsi berasal dari kalangan berpendidikan tinggi. Fakta ini, menurutnya, menunjukkan adanya kesenjangan antara kecerdasan dan kesadaran nilai.


Oleh karena itu, Prof. Chalullulah mendorong seluruh institusi pendidikan di Batam untuk membangun ekosistem pembelajaran yang menyeimbangkan capaian akademik dengan pembinaan akhlak dan spiritualitas.


> “Batam tak butuh robot manusia yang hanya bisa hitung-hitungan, tapi manusia sejati yang mampu merasakan penderitaan sesama dan bertindak dengan empati,” tegasnya.


Sebagai penutup, ia menyuarakan harapan agar Batam dapat menjadi kota percontohan di tingkat nasional—sebuah kota yang tidak hanya gemerlap secara teknologi, tetapi juga unggul dalam nilai, budaya, dan adab warganya.


> “Batam harus bersinar, bukan hanya karena infrastrukturnya, tapi karena cahaya nilai yang terpancar dari manusianya,” pungkasnya penuh optimisme. (Nursalim Turatea).

Komentar

Tampilkan

Terkini