Zaman Terus Berganti, Manusia Datang Silih Berganti
Oleh Dr. Nursalim, S.Pd., M.Pd
Ketua Fahmi Tamami Aswaja Kota Batam | Ketua APEBSKID Provinsi Kepulauan Riau
Zaman tidak pernah berhenti bergerak. Ia berjalan perlahan namun pasti, melampaui kehendak dan kesiapan manusia.
Dalam arus waktu yang terus mengalir itulah manusia hadir dan pergi silih berganti, menjalani peran masing-masing sesuai dengan ruang dan masa yang dipercayakan kepadanya. Tidak setiap kehadiran ditakdirkan untuk lama, dan tidak setiap kepergian harus dimaknai sebagai kehilangan. Sebab waktu memiliki kebijaksanaan tersendiri dalam menentukan kapan seseorang perlu tampil, dan kapan ia mesti pamit dengan meninggalkan jejak yang bermakna.
Dalam kajian sosial kontemporer, perubahan dipahami sebagai keniscayaan historis yang membentuk struktur masyarakat dan pola perilaku manusia. Setiap zaman melahirkan tantangan, nilai, dan orientasi hidup yang berbeda. Apa yang relevan pada satu masa dapat kehilangan daya gunanya pada masa berikutnya.
Namun demikian, manusia tidak pernah sekadar menjadi objek perubahan. Ia adalah subjek aktif yang memberi makna pada zamannya melalui pilihan sikap, tindakan moral, dan kontribusi sosial. Dengan kata lain, zaman memperoleh maknanya justru dari cara manusia merespons dan menghayatinya.
Sering kali manusia terjebak pada anggapan bahwa panjangnya masa kehadiran menentukan besarnya nilai diri. Padahal sejarah memperlihatkan bahwa banyak individu hadir dalam waktu singkat, tetapi mampu meninggalkan pengaruh yang dalam dan berjangka panjang. Ada yang hanya singgah sebentar, namun menjadi titik balik bagi kehidupan orang lain.
Ada pula yang bekerja dalam diam, jauh dari sorotan, tetapi nilai yang ditanamkannya terus hidup melampaui zamannya. Dalam perspektif ini, ukuran utama bukanlah lamanya peran, melainkan kualitas makna yang dihasilkan.
Pergantian generasi merupakan bagian tak terpisahkan dari pergantian zaman. Setiap generasi hadir dengan cara pandang, semangat, dan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi realitas kehidupan.
Generasi yang lebih dahulu memikul tanggung jawab untuk menanamkan nilai dan keteladanan, sementara generasi yang datang kemudian bertugas melanjutkan dan menyesuaikannya dengan konteks baru. Tidak ada generasi yang sepenuhnya lebih unggul, karena masing-masing hadir untuk menjawab kebutuhan zamannya sendiri. Rahman menegaskan bahwa kehadiran manusia dan generasi selalu berkaitan dengan tuntutan sosial-historis yang spesifik, sehingga kesinambungan peran menjadi kunci keberlanjutan peradaban (Rahman, 2022:45).
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, manusia kerap mengejar pengakuan, posisi, dan popularitas. Padahal, jejak yang paling bermakna tidak selalu lahir dari pencapaian yang tampak di permukaan. Ia sering tumbuh dari integritas moral, kejujuran sikap, dan konsistensi dalam berbuat baik. Penelitian mutakhir dalam kajian humaniora menunjukkan bahwa makna hidup manusia lebih banyak ditentukan oleh kontribusi sosial dan integritas etis daripada capaian material semata (Suryadi, 2023:78).
Kesadaran bahwa zaman terus berganti dan manusia datang silih berganti seharusnya melahirkan sikap rendah hati.
Tidak ada peran yang bersifat abadi, dan tidak ada posisi yang layak dipertahankan dengan ego.
Ketika seseorang berada di depan, ia dituntut untuk amanah dan bertanggung jawab. Ketika tiba saatnya memberi ruang kepada yang lain, ia dituntut untuk legawa dan arif. Dalam sikap inilah perubahan tidak berubah menjadi konflik, melainkan menjadi proses regenerasi yang sehat dan bermartabat.
Pada akhirnya, hidup bukanlah soal seberapa lama seseorang berada di panggung zaman, melainkan seberapa sungguh ia menjalankan peran yang dipercayakan kepadanya. Ketika waktu memanggil untuk pamit, yang tertinggal bukan sekadar nama, melainkan nilai dan keteladanan. Selama nilai itu terus hidup dalam ingatan dan perbuatan orang lain, sejatinya seseorang tidak pernah benar-benar pergi, meskipun zaman terus berganti dan manusia datang silih berganti.
Daftar Pustaka
Bauman, Z. (2022). Liquid Modernity Revisited. European Journal of Social Theory, 25(4), 523–538.
Giddens, A. (2021). Modernity, Identity, and the Passage of Time. Theory, Culture & Society, 38(5), 45–62.
Rahman, A. (2022). Intergenerational Continuity and Social Responsibility. Journal of Human Development and Social Change, 15(2), 40–58.
Suryadi, D. (2023). Moral Integrity and Social Contribution in Modern Life. Humanities and Social Sciences Review, 11(3), 70–85.



