FMI 2025 di Batam: Unrika Jadi Magnet Akademik Nasional, Bahas Daya Saing dan Ekonomi Maritim Berkelanjutan
Tintahukum.com – Batam.
Kota Batam kembali menjadi pusat perhatian dunia akademik nasional. Tahun 2025 ini, Universitas Riau Kepulauan (Unrika) mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Seminar Nasional dan Call for Papers Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke-17. Kegiatan bergengsi tersebut digelar meriah di Ballroom Hotel Planet Holiday & Residence Batam, Rabu (22/10), dan sukses menghadirkan lebih dari seribu peserta dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.
Sejak pagi, suasana ruang seminar sudah penuh semangat. Ratusan peserta tampak antusias mengenakan pakaian formal, membawa semangat berbagi ilmu dan pengalaman. Mereka hadir bukan sekadar untuk mempresentasikan riset, tetapi juga untuk memperkuat kolaborasi dan memperluas jejaring akademik lintas kampus.
Tahun ini, FMI mengusung tema “Strategi Manajemen Berkelanjutan dalam Membangun Daya Saing dan Ekonomi Maritim.” Tema tersebut menjadi refleksi atas tantangan nyata dalam dunia ekonomi modern, di mana keberlanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi wilayah kepulauan seperti Batam dan Provinsi Kepulauan Riau.
Pembukaan Penuh Kehangatan dan Nuansa Budaya
Acara dibuka dengan penuh khidmat oleh Ketua FMI Pusat, Sri Gunawan, yang menegaskan bahwa FMI tidak hanya menjadi forum ilmiah, tetapi juga wadah silaturahmi dan persaudaraan bagi para akademisi manajemen di Indonesia.
“Forum ini tempat kita saling berbagi dan saling membantu. Yang semula tidak saling kenal, kini menjadi saudara,” ujarnya yang disambut tepuk tangan hangat peserta.
Kemeriahan acara pembukaan semakin terasa dengan penampilan tari Zapin Melayu oleh mahasiswa Program Studi Manajemen Unrika. Sentuhan budaya lokal ini menambah keindahan suasana dan menjadi simbol harmoni antara tradisi dan dunia akademik modern.
Para Pakar Bahas Strategi Ekonomi dan Daya Saing Berkelanjutan
Sesi utama menghadirkan empat narasumber nasional dengan bahasan mendalam seputar strategi daya saing, pertumbuhan ekonomi daerah, dan potensi maritim Indonesia.
Prof. Herry dari Universitas Andalas membuka sesi dengan topik “Dari Diamond Porter ke Sustainable Diamond: Strategi Daya Saing Biru untuk Masa Depan Batam yang Lebih Maju.” Ia menekankan bahwa kini ukuran keberhasilan ekonomi tidak hanya pada seberapa cepat pertumbuhan terjadi, melainkan seberapa lama ekonomi dapat bertahan menghadapi perubahan global.
“Dulu yang dikejar adalah pertumbuhan, sekarang yang penting adalah keberlanjutan,” ujarnya menegaskan.
Kemudian, Efrius, Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kepri, memaparkan potensi besar Batam dalam memperkuat ekonomi berbasis industri dan maritim.
“Batam memiliki 135 galangan kapal — terbanyak di Indonesia. Posisi strategis ini harus kita kelola dengan inovatif untuk memperkuat daya saing nasional,” ungkapnya.
Sementara itu, I Dewa Gede Natih Bernan, ekonom dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepri, menjelaskan kondisi ekonomi Kepulauan Riau yang terus menunjukkan tren positif.
“Sejak 2011 hingga kini, pertumbuhan ekonomi Kepri selalu di atas rata-rata nasional. Tahun 2025 pun, indikatornya masih menunjukkan arah perbaikan,” jelasnya.
Diskusi berlangsung interaktif dan hangat. Salah satu peserta dari Palu menyoroti kesenjangan antara pertumbuhan ekonomi Batam dan ketersediaan lapangan kerja. Para narasumber sepakat, meski Batam belum mampu menyaingi Singapura, kota ini berpeluang besar menjadi mitra ekonomi regional yang saling melengkapi.
Kegiatan seminar dipandu dengan cakap oleh Dr. Tubagus Pamungkas, M.Sc., dosen Program Studi Manajemen Pendidikan Unrika, yang berperan sebagai moderator. Dengan gaya komunikatif dan penuh semangat, Dr. Tubagus berhasil menjaga suasana diskusi tetap hidup dan mudah dipahami oleh peserta dari berbagai daerah.
Momentum “Sweet Seventeen” FMI dan Kebanggaan Unrika
Rektor Unrika, Prof. Sri Langgeng Ratnasari, dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga dan haru karena Unrika dipercaya menjadi tuan rumah FMI ke-17.
“Rasanya luar biasa. Kami ini korwil baru, tapi langsung diberi amanah besar. FMI tahun ini berusia 17 tahun, jadi seperti perayaan sweet seventeen bagi kami semua,” ujarnya tersenyum.
Prof. Sri menjelaskan, rangkaian kegiatan FMI 2025 dimulai sejak 21 Oktober dengan workshop dan gala dinner, dilanjutkan pada 22 Oktober dengan seminar nasional, call for paper, rapat pengurus FMI, dan penutupan.
Dalam acara penutupan, panitia juga memberikan penghargaan bagi best paper, best presenter, peserta terjauh dari Papua, dan peserta tercepat mendaftar.
Total peserta yang hadir mencapai 1.036 orang dari 179 kampus yang tersebar di 31 provinsi dan 87 kota. Dari jumlah tersebut, 47 kampus menjadi co-host, 180 mengikuti call for paper, 297 hadir langsung (luring), dan 739 bergabung daring melalui Zoom.
PKM Internasional dan Jejaring Akademik di Singapura
Sebagai bagian dari agenda besar FMI 2025, juga dilaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Internasional di Singapura, yang diikuti oleh 191 peserta. Kegiatan ini berlangsung di tiga lokasi utama: Muhammadiyah Islamic College, Marina Bridge, dan Kampung Gelam.
Setelah kegiatan akademik, peserta mengikuti wisata edukatif ke Merlion Park, Jewel, dan Sentosa Island, yang menjadi pengalaman berkesan dan menambah wawasan lintas budaya.
Selain itu, momen ini juga dimanfaatkan untuk memperkuat kerja sama antarperguruan tinggi.
“Ada 19 kampus yang menandatangani MOU, MOA, dan IA, serta 46 kampus yang menjadi co-host. Ini membuktikan bahwa FMI adalah wadah nyata kolaborasi akademik di Indonesia,” terang Prof. Sri.
FMI Sebagai Wadah Kolaborasi dan Inspirasi Akademik
Di penghujung acara, Prof. Sri Langgeng Ratnasari menyampaikan pesan inspiratif yang menggugah hati.
“Forum Manajemen Indonesia harus terus menjadi ruang kolaborasi dan saling menguatkan. Kampus besar dapat membantu kampus kecil agar tumbuh bersama. Melalui forum ini, kita belajar, berjejaring, dan maju bersama,” ujarnya penuh kharisma.
Seminar Nasional FMI 2025 di Batam meninggalkan kesan mendalam. Tidak hanya sebagai ajang ilmiah, tetapi juga sebagai perayaan persaudaraan dan kebersamaan akademik.
Unrika berhasil menunjukkan kapasitasnya sebagai tuan rumah yang profesional, ramah, dan visioner — mempertegas peran Batam bukan hanya sebagai kota industri, melainkan juga pusat intelektual dan kolaborasi pendidikan nasional. (Nursalim Turatea).




